Minggu, 08 Februari 2009
Di sini
Minggu, 08 Februari 2009
0
Disini aku,
Terngiang keindahan jalan tamanku
Berbunga,
Mencari dahan-dahan kelopak asa
Aku ada,
Untuk pangeranku
Yang menjajak rimba liar kehidupan
Menapaki taman-taman tak bermusim
Ini hariku
Merebah rekah nyanyian duri
Menganyam pakaian sangkarku
Meneriaki rentan waktu
Kirimi aku cintamu!
Di sini aku.
Untuk kereta kencana gelapmu
Menunggu, dan
Temukan aku, kasih!
Bogor, Mei 2008
Terngiang keindahan jalan tamanku
Berbunga,
Mencari dahan-dahan kelopak asa
Aku ada,
Untuk pangeranku
Yang menjajak rimba liar kehidupan
Menapaki taman-taman tak bermusim
Ini hariku
Merebah rekah nyanyian duri
Menganyam pakaian sangkarku
Meneriaki rentan waktu
Kirimi aku cintamu!
Di sini aku.
Untuk kereta kencana gelapmu
Menunggu, dan
Temukan aku, kasih!
Bogor, Mei 2008
21 APRILKU
Bukan karena kartini
Bukan tentang wanita
Bukan pejuang pula, tapi
Seorang aku
Besok suaku menuju harapan
Harapan mati, hidup
Mati dan hidup
Sampai bergerak dalam menjadinya bosan
Hilang tak bertanah tuan
Ditinggali cinta nasib penyair
Kehilangan yang menjadi aku dalam sayapku
Melanda dunia jiwaku oh kawan!
Mengemis kekalutan
Di tiap rupa esok
Bersama pena keputusasaan
Mendaki buana cinta tak bergema
Hilang irama sajakku
Ter-jera-I belas kasihan duka
Pulangku tercampakkan cinta
Bodoh selalu!
Besok menuaku
Memekikkan realitas merajaiku
Mengijinkan menjelajah ruah barunya laguku
Menapaki kata-kata harap sahabat
Aku bias berjalan kawan
Membahana ruah kebahagiaan
Samar yang pasti
Selalu begitu
Bogor, 21 april 2008
My 1st day in 19 years old
Bukan tentang wanita
Bukan pejuang pula, tapi
Seorang aku
Besok suaku menuju harapan
Harapan mati, hidup
Mati dan hidup
Sampai bergerak dalam menjadinya bosan
Hilang tak bertanah tuan
Ditinggali cinta nasib penyair
Kehilangan yang menjadi aku dalam sayapku
Melanda dunia jiwaku oh kawan!
Mengemis kekalutan
Di tiap rupa esok
Bersama pena keputusasaan
Mendaki buana cinta tak bergema
Hilang irama sajakku
Ter-jera-I belas kasihan duka
Pulangku tercampakkan cinta
Bodoh selalu!
Besok menuaku
Memekikkan realitas merajaiku
Mengijinkan menjelajah ruah barunya laguku
Menapaki kata-kata harap sahabat
Aku bias berjalan kawan
Membahana ruah kebahagiaan
Samar yang pasti
Selalu begitu
Bogor, 21 april 2008
My 1st day in 19 years old
AKU HUJAN
Dalam kebenaran aku mulai berjalan
Menapaki aksioma Tuhan yang hinggap satu saat
Dan memang begitulah
Kebenaran di atas segalanya
Aku melepaskan duka
Yang bagiku dan asa bagi mereka
Hujan sentuh kekasihnya sudah
Aku tertahan dalam indah mereka
Bisu….
Terluka kebenaran lalu
Ini mulai pudar—seperti yang kuinginkan
Karena kenyataaan membiaskan harapan
Tapi semua kembali ke tempat seharusnya
Dan yang terjadi terjadilah
Seperti aku dalam hujanku
Indah…
Bogor, 27 februari 2007
Menapaki aksioma Tuhan yang hinggap satu saat
Dan memang begitulah
Kebenaran di atas segalanya
Aku melepaskan duka
Yang bagiku dan asa bagi mereka
Hujan sentuh kekasihnya sudah
Aku tertahan dalam indah mereka
Bisu….
Terluka kebenaran lalu
Ini mulai pudar—seperti yang kuinginkan
Karena kenyataaan membiaskan harapan
Tapi semua kembali ke tempat seharusnya
Dan yang terjadi terjadilah
Seperti aku dalam hujanku
Indah…
Bogor, 27 februari 2007
KEANGKUHAN SEORANG AKU
Izinkan rona mengapung di udara
Membumbung kesakitan seorang aku
Agar jatuh merintih pada kesepian
Biarkanlah
Kalut ini tabu
Menjaga aku dalam kemunafikanku
Apa yang terjadi?
Aku hanya cawan kosong
Yeng terasing diantara jalan-jalan keasingan
Menipu waktu dengan bualan bernoda
Bermimpi dalam harapan maya
Ah…aku tak perduli
Pada harapan atau mimpi
Aku tengah berjalan dalam mereka
Dalam kereta duka yang terperi jua
Karena itulah aku
Cawan yang tertatih dalam kekosongannya
Membumbung kesakitan seorang aku
Agar jatuh merintih pada kesepian
Biarkanlah
Kalut ini tabu
Menjaga aku dalam kemunafikanku
Apa yang terjadi?
Aku hanya cawan kosong
Yeng terasing diantara jalan-jalan keasingan
Menipu waktu dengan bualan bernoda
Bermimpi dalam harapan maya
Ah…aku tak perduli
Pada harapan atau mimpi
Aku tengah berjalan dalam mereka
Dalam kereta duka yang terperi jua
Karena itulah aku
Cawan yang tertatih dalam kekosongannya
YANG BERENGSEK AKU
Waktu tercipta hadir di suatu sore
Terurai dan mengurai
Hati rindu yang itu
Tapi juga yang itu
Jika harus berhenti
Maka biarlah
Karena begitu aku tetap merindu
Membawa lilin-lilin ternoda
Itulah aku
Unknown time
Terurai dan mengurai
Hati rindu yang itu
Tapi juga yang itu
Jika harus berhenti
Maka biarlah
Karena begitu aku tetap merindu
Membawa lilin-lilin ternoda
Itulah aku
Unknown time
AKU DAN SAJAKKU
Ini aku
Terayun kebisuan baka
Alampun melenakan
Aku membuncah keputusan bukan sebaliknya
Aku telah mencerca para kekasih senja
Menjelagakan aku dalam sajakku
Ini aku! Ini aku!
Berat sekali melegakan desah nafasnya
Membahanakan kepiluan perjuanganku dengannya
Mengapa ada 'wanita perkasa' disini
Tapi cengeng merambati daun-daun wajahnya
Aku seorang cobaan
Untuk hidup-hidup yang ada di sekitarku
Aku tak berubah dengan aku
Dan aku bukanlah aku yang aku
Karena terlampau hilang dalam aku
Sudah ku bilang kan?
Bogor, 1 April 2008
Terayun kebisuan baka
Alampun melenakan
Aku membuncah keputusan bukan sebaliknya
Aku telah mencerca para kekasih senja
Menjelagakan aku dalam sajakku
Ini aku! Ini aku!
Berat sekali melegakan desah nafasnya
Membahanakan kepiluan perjuanganku dengannya
Mengapa ada 'wanita perkasa' disini
Tapi cengeng merambati daun-daun wajahnya
Aku seorang cobaan
Untuk hidup-hidup yang ada di sekitarku
Aku tak berubah dengan aku
Dan aku bukanlah aku yang aku
Karena terlampau hilang dalam aku
Sudah ku bilang kan?
Bogor, 1 April 2008
SIAPAKAH AKU ?
Siapakah aku…
Mencerca keajaiban yang selalu datang
Mengangkuhkan kegelapan duniaku
Membuat dosa mengagumi jiwa
Siapakah aku…
Terhempas kebencian ketika malam datang
Terbuang asa kebisuan
Meniti langkah nyanyian-nyanyian penderitaan
Siapakah aku…
Melirik kehidupan dengan setengah sayapku
Meniadakan jiwa-jiwa menawan menyandang egoku
Kadang rona keserakahan ini hilang
Siapakah aku…
yang mengemis pada jiwa-jiwa pecinta ketidakadilan
Menjiwai dusta dalam keindahan
Aku ma'ruf yang munkar
Dzalimku pun meraja
Ya Allah...
siapakah aku…
Astaghfirullah...
Bogor, 2007
Mencerca keajaiban yang selalu datang
Mengangkuhkan kegelapan duniaku
Membuat dosa mengagumi jiwa
Siapakah aku…
Terhempas kebencian ketika malam datang
Terbuang asa kebisuan
Meniti langkah nyanyian-nyanyian penderitaan
Siapakah aku…
Melirik kehidupan dengan setengah sayapku
Meniadakan jiwa-jiwa menawan menyandang egoku
Kadang rona keserakahan ini hilang
Siapakah aku…
yang mengemis pada jiwa-jiwa pecinta ketidakadilan
Menjiwai dusta dalam keindahan
Aku ma'ruf yang munkar
Dzalimku pun meraja
Ya Allah...
siapakah aku…
Astaghfirullah...
Bogor, 2007
MERONA HITAMKU
Aku adalah hitamku
Darahku pengagumnya dulu, tapi
Dia bawa ronanya
Tak pernah kembali
Aku adalah hitamku
Dalam cinta
Atau asa
Aku adalah hitamku
Dalam tawa denganmu
Atau mereka, karena
Jalanku pencari rupa-rupa kekasih
Raut sudut-sudut malam
Senjakan aku pada hitamku
Ini karena musim memudar
Di tengah taman saharaku
Jangan goyahkan meronanya
Atau hapuskan pesonaku, karena
Aku tetap hitamku
Selamanya
Bogor, 2008
Darahku pengagumnya dulu, tapi
Dia bawa ronanya
Tak pernah kembali
Aku adalah hitamku
Dalam cinta
Atau asa
Aku adalah hitamku
Dalam tawa denganmu
Atau mereka, karena
Jalanku pencari rupa-rupa kekasih
Raut sudut-sudut malam
Senjakan aku pada hitamku
Ini karena musim memudar
Di tengah taman saharaku
Jangan goyahkan meronanya
Atau hapuskan pesonaku, karena
Aku tetap hitamku
Selamanya
Bogor, 2008
sayap-sayap patah
Pangeran berjubah di balik sayap-sayap patahmukah
Yang menggulungkan kerinduan musim semi
Sedang kau adalah musim gugurmu
Biarkan jalan ini menatap pesona angkuhmu
Jangan girangkan rapuhnya lemahmu
Karena ini kamu, sayang
Pecinta keputusasaan yang beruntung
Biar rapuh itu merona
Menggapai pengembaraanmu pada asa
Jadilah may ziadahnya
Hakikat cinta sayap-sayap patah
Apa yang kau tunggu sayang
Hujan sudah datang untukmu
Setia hitam denganmu
Sendiri itu kerajaanmu
Kau tak pernah berduka sebahagia itu
Tak menangis seberseri itu
Karena itu adalah kamu sayang
Sang Ajnihalmutakassirah!
April 2008
Jumat, 06 Februari 2009
jangan seperti aku
Jumat, 06 Februari 2009
0
awal tahun ini kehidupan seperti taman yang di ganggu badai berbulan-bulan. hanya saja, ia tetap bernafas walaupun keadaannya sekarat. aku memulai pagiku dengan menuhankan imaji yang aneh, entah karena seseorang telah mengirimkan jubah kelancangan atau... ah aku tidak tahu.
yang pasti, setiap dengar nama pencinta datang bertamu ke lembah sendiriku, aku langsung bergegas dari tidur panjangku dan buru-buru mencari hidangan suguhan untuk tamu anehku tersebut. ketika dia terdengar akan mengetuk pintu gelapku, aku akan dengan sigap mempersiapkan permadani pengharapan yang pernah ku petik dari taman tak bermusimku. entah apa yang terjadi padaku, seolah aku menuhankan jiwa-jiwa pencinta yang membawa asa dalam pengembaraannya. padahal, aku tak dapat setetes asa pun dari mereka. tak dapat seteguk pun dari gelas mereka.
jika aku mendengar seseorang meneriakkan kata pencinta maka aku akan dengan lantang meneriakkan kemerdekaan untuknya. seolah mujahid yang meneriakkan kata cinta untuk Tuhan-Nya. sedang aku, apa yang sedang kuperbuat????
mungkin karena berbulan-bulan ini badai telah memporak-porandakan pikiran para penyair malam yang tertidur panjang, maka aku menjadi tak menentu. padahal itu tak berpengaruh sedikitpun terhadapku, karena aku adalah penyair buta yang tidak bisa membedakan mana siang dan mana malam.
mungkin untuk sekarang dan ke depan aku akan mulai menghadapi pencinta seperti aku menghadapinya sekarang. kawan, jangan kau ikuti langkah seperti yang aku lakukan. karena hal itu akan membunuh satu jiwa dalam jiwamu, dan itu menyakitkan, sangat menyakitkan!!!
doa'kan aku agar menjadi jiwa yang tenang dalam pengharapannya...
hari ini kelabu, seperti aku.
yang pasti, setiap dengar nama pencinta datang bertamu ke lembah sendiriku, aku langsung bergegas dari tidur panjangku dan buru-buru mencari hidangan suguhan untuk tamu anehku tersebut. ketika dia terdengar akan mengetuk pintu gelapku, aku akan dengan sigap mempersiapkan permadani pengharapan yang pernah ku petik dari taman tak bermusimku. entah apa yang terjadi padaku, seolah aku menuhankan jiwa-jiwa pencinta yang membawa asa dalam pengembaraannya. padahal, aku tak dapat setetes asa pun dari mereka. tak dapat seteguk pun dari gelas mereka.
jika aku mendengar seseorang meneriakkan kata pencinta maka aku akan dengan lantang meneriakkan kemerdekaan untuknya. seolah mujahid yang meneriakkan kata cinta untuk Tuhan-Nya. sedang aku, apa yang sedang kuperbuat????
mungkin karena berbulan-bulan ini badai telah memporak-porandakan pikiran para penyair malam yang tertidur panjang, maka aku menjadi tak menentu. padahal itu tak berpengaruh sedikitpun terhadapku, karena aku adalah penyair buta yang tidak bisa membedakan mana siang dan mana malam.
mungkin untuk sekarang dan ke depan aku akan mulai menghadapi pencinta seperti aku menghadapinya sekarang. kawan, jangan kau ikuti langkah seperti yang aku lakukan. karena hal itu akan membunuh satu jiwa dalam jiwamu, dan itu menyakitkan, sangat menyakitkan!!!
doa'kan aku agar menjadi jiwa yang tenang dalam pengharapannya...
hari ini kelabu, seperti aku.
Kamis, 05 Februari 2009
kosong+hampa=kasihan
Kamis, 05 Februari 2009
0
salaam,,,
hari ini satu jiwa tengah menangis...ia menangis bukan karena ditinggal pergi oleh kehidupan yang memberi nafas untuknya. ia menangis karena ruh yang membawanya pergi kemarin tengah bercengkrama bersama musim-musimnya. sedang ia, menari dalam tamannya sendiri, mencoba bercerita kepada dahan bisu yang ada di sampingnya. "jera", katanya. tapi dahan bisu malah berkata kepada aster ungu yang tengah bermimpi dalam angkuhnya. "kasian jiwa merana ini", ungkap dahan kepada aster yang tak terekam dalam ruang manapun.
ia pulang dalam kekalahan dan rasa kasihan sang dahan untuknya.
dengan begitu ia tak mendapat apapun bukan???
hari ini satu jiwa tengah menangis...ia menangis bukan karena ditinggal pergi oleh kehidupan yang memberi nafas untuknya. ia menangis karena ruh yang membawanya pergi kemarin tengah bercengkrama bersama musim-musimnya. sedang ia, menari dalam tamannya sendiri, mencoba bercerita kepada dahan bisu yang ada di sampingnya. "jera", katanya. tapi dahan bisu malah berkata kepada aster ungu yang tengah bermimpi dalam angkuhnya. "kasian jiwa merana ini", ungkap dahan kepada aster yang tak terekam dalam ruang manapun.
ia pulang dalam kekalahan dan rasa kasihan sang dahan untuknya.
dengan begitu ia tak mendapat apapun bukan???
Rabu, 04 Februari 2009
autumn is empty
Rabu, 04 Februari 2009
0
hari ini hujan mengusir musim gugur untuk bersandang, padahal mereka tercipta dari hal yang sama. ketika sampai klimaksnya, sang hujan pun berkata kepada musim gugur, izinkan aku melepasmu ke tempat seharusnya kau berada, karena dunia tidak bisa kita miliki bersama-sama. haruslah salah satu dari kita yang ada didalamnya, menegakkannya, dan mewarnainya. hanya saja, musim gugur tak mau kalah dengan keberadaannya, ia merasa seperti penyair yang dianggap gelandangan di tengah malam buta. oleh karena itu ia berkata lantang kepada hujan,,,,,apa yang dikatakannya akan segera kita ketahui nanti...
Langganan:
Postingan (Atom)